Sunday 20 June 2010

Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan

Ontologi

Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut :

Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.

Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera.

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya.

Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula.

Contoh : Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi

Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.

Epistemologi

Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :

1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental.
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :

a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif

b. Ilmu social : induktif, empiris, kualitatif

Aksiologi

Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Contoh kasus : penelitian di Taiwan

Dampak kemajuan teknologi moderen telah diteliti dengan model penelitian yang terintegrasi, khususnya terhadap masyarakat dan budaya. Hasil kemajuan teknologi di Taiwan telah membawa negara itu mengalami “keajaiban ekonomi”, sekalipun demikian hasilnya tidak selalu positif. Kemajuan tersebut membawa banyak perubahan kebiasaan, tradisi dan budaya di Taiwan. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat lima hal yang telah berubah selama periode perkembangan teknologi di negara tersebut yaitu :

1. Perubahan-perubahan dalam struktur industri berupa meningkatnya sektor jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur.
2. Perubahan-perubahan dalam sruktur pasar berupa pasar menjadi semakin terbatas, sedang pengelolaan bisnis menjadi semakin beragam.
3. Perubahan-perubahan dalam struktur kepegawaian berupa tenaga professional yang telah terlatih dalam bidang teknik menjadi semakin meningkat.
4. Perubahan-perubahan struktur masyarakat berupa meningkatnya jumlah penduduk usia tua dan konsep “keluarga besar” dalam proses diganti dengan konsep “keluarga kecil”.
5. Perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial berupa penghargaan yang lebih tinggi terhadap keuntungan secara ekonomis daripada masalah-masalah keadilan, meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk bersikap individualistik.

Lalu apa maksudnya Aksiologi ? Jangan menurut saya yah..Menurut si Louis Kattsof aja lah (1992:327) dia mendefinisikan bahwa Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat segala sesuatu. Di dunia ini terdapat banyak pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah nilai yang khusus, seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan apistimologi. Estetika berhubungan dengan masalah keindahan, etika berhubungan dengan masalah kebaikan, dan epistimologi berhubungan dengan masalah kebenaran.

Permasalahan tentang "hakikat nilai" dapat di jawab dengan tiga macam cara; orang dapat mengatakan bahwa :
1. Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung pada pengalaman-pengalaman mereka.
2. Nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai tersebut merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. pendirian ini dinamakan "objektivisme logis". Akhirnya orang juga dapat mengatakan bahwa
3. Nilai-nilai merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan. Yang demikian ini disebut "objektivisme metafisik".

Baiklah, saya coba sederhanakan saja. Jadi, secara sederhananya aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Nah, dalam hal ini telah terjadi perdebatan panjang antara para filusuf tentang tujuan ilmu pengetahuan. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan pokok bagi yang menekuninya, dan mereka menyatakan bahwa "ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan", sebagaimana mereka mengatakan "seni untuk seni". Sebagian berpendapat bahwa tujuan ilmu pengetahuan adalah upaya para peneliti menjadikan alat atau jalan untuk menambah kesenangan hidup di dunia ini. Sebagian menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan. Adapun dalam Islam bahwa ilmu pengetahuan merupakan alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dari sekedar tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Karena di balik kehidupan materi ini ada lagi kehidupan yang mereka lalaikan, yakni kehidupan akhirat (QS Ar-Ruum: 6-7), maka tujuan ilmu pengetahuan dalam Islam adalah untuk menggapai Ridlo Allah SWT dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
fuihhhh....dah panjang lebar yah, ya intinya mah aksiologi itu adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar. Ya sebagai contohnya jangan jauh-jauh lah, para koruptor di Negeri kita tercinta ini sebenarnya kan memanfaatkan ilmu pengetahuan di jalan yang tidak benar, klo yang (maaf) kurang ilmu pengetahuannya kan paling juga nyuri ayam, bebek atau yang lainnya lah yang paling juga berapa sih kerugian yang di dapatnya dan bandingkan sodara hukuman yang didapatkannya dengan para koruptor. Tapi yang punya ilmu pengetahuan pasti jauh lebih dapat merugikan, jangan jauh-jauh contohnya kasus BLBI saja merugikan negara berapa Triliyun?? BENAR TRILIYUNAN SODARA!!! bandingkan dengan yang nyuri ayam??Selain itu, kita mungkin sudah menjadi rahasia umum yah bahwa yang bisa mengutak-atik keuangan negara pastinya dia ahli keuangan, yang banyak melanggar hukum sudah pasti yang sangat mengerti hukum (di Indonesia lho yah...). Memang, hidup di dunia ini tidak bisa kalau tanpa uang, bahkan uang bisa dijadikan Tuhan kedua oleh mereka (atau Tuhan yang pertama yah??dan bahkan satu-satunya) di mata mereka? Kan kalau kita liat lagi, latar belakang pekerjaan mereka kan anggota DPR atau gubernur BI yang saya yakin tidak akan kekurangan untuk kehidupan sehari-harinya. Jadi, kalau kita lihat dari hirarki kebutuhan Maslow berarti kan kalau terus-menerus hanya mencari uang (para koruptor) berarti mereka masih terus berkutat di hirarki paling bawah yah (Kebutuhan fisiologi)...Saya rasa kelas mereka sudah seharusnya berada pada hirarki paling atas yaitu aktualisasi diri, jadi menunjukkan kinerja terbaiknya, bukan terus berkutat di hirarki terendah.
Hehehehe... Jadi melenceng gini.. Tenang-tenang...Abisnya kesel sih hehehe... udah ah segitu aja, takut melenceng tambah jauh lagi.























ноутбуки